DURI (Riaulantang) – Selain memiliki potensi minyak bumi yang melimpah, kota Duri atau sering disebut negeri Petro Dollar juga memiliki potensi Satwa Gajah yang dilindungi. Namun sayang kehadiran hewan yang dilindungi ini kerab dianggap sebagai hama hinggga populasinya kian berkurang akibat konflik horizontal dengan manusia.
Di Duri sendiri ada dua lokasi yang menjadi daerah jelajah hewan bertubuh tambun ini. Mereka kerab terlihat melintas kawasan Hutan Talang Balairaja dan Giam Siam Kecil. Diperkirakan populasinya tinggal sekitar 25 ekor.
Direktur Rimba Satwa Foundation (RSF), Husni kepada Riaulantang
com, Selasa (16/07/19) menyampaikan populasi Gajah di Hutan Talang Balairaja dan Giam Siak kecil (GSK) yang makin jauh berkurang. Untuk kawasan Balairaja, hanya terdapat 6 ekor Gajah, sementara sisanya berada di GSK.
“Gajah disini sangat jarang dapat dilihat secara keseluruhan. Paling banyak dilihat ada 5 ekor,” ungkapnya.
Dikatakannya untuk memantau pergerakan gajah ini butuh ketelatenan. Sebab jika 2 hari saja mereka luput dari pantauan akan susah melacak lagi keberadaannya.
“Sejauh ini untuk bisa lihat ke enam ekornya sudah sulit. Kebanyakan kami pantau ada 5 ekor. Gajah ini kalau tidak dipantau dua hari saja maka akan susah mencari keberadaannya. Kita harus mulai dari awal lagi,”jelas Husni.
Disisi lain, Ketua Hipam, Rendi menyampaikan komitmen untuk terus melakukan pemantauan Gajah liar. Untuk patroli pihaknya melakukan 16 hari kerja. Dengan dibagi beberapa tim. Pihaknya berkeinginan untuk melakukan pemantauan selama 30 hari full setiap bulannya.
“Cita-cita kami ingin pemantauan dilakukan secara rutin dan maksimal. Tapi tentunya ada kendala di biaya operasional. Kita bersyukur di tempat kita ada Gajah, tidak semua daerah ada Gajah liarnya. Kalau saya mengatakan ini suatu anugerah tapi ada juga pihak lain yang berpikiran beda,”sesal Rendi. (bambang)