DURI (Riaulantang) – Seekor gajah betina melahirkan anak di kawasan hutan suaka margasatwa Balai Raja Kecamatan Pinggir baru-baru ini. Kabar tersebut sangat menggembirakan. Terutama bagi LSM pencinta lingkungan dan satwa langka.
Direktur Rimba Satwa Foundation (RSF), Zulhusni Syukri pada Riaulantang, Rabu (24/01/18) malam menyebut, gajah betina yang melahirkan anak itu bernama Seruni. Usianya sekitar 40 tahun. Umur anaknya sendiri ditaksir belum sampai seminggu. Jalannya masih tertatih-tatih. Apa jenis kelaminnya, belum kami ketahui. Bapaknya diyakini Getar, seekor gajah jantan berusia lebih kurang 30 tahun,” ujar Husni.
Menurut dia, kelahiran anak gajah tersebut pertama kali diketahui pihak RSF pada hari Selasa (15/1/2018). Hari itu belum bisa diambil dokumentasinya. Baru pada hari Rabu (16/1) gambarnya bisa didokumentasikan.
“Dua relawan kami, Dedek dan Apri terpaksa bertungkus-lumus mengambil foto di atas sebatang pohon akasia tak terlalu besar dari jam 10.00 pagi sampai jam 18.00 petang. Mereka kesulitan mengambil gambar. Sebab tiga induk gajah sangat protektif. Anaknya selalu mereka bayang-bayangi. Angin juga berhembus cukup kencang sehingga banyak gambar yang goyang,” lanjut Husni.
Berbekal gambar dan video yang diambil relawan RSF, menurut Husni, peristiwa kelahiran anak gajah ini sudah dilaporkan BBKSDA Riau sampai ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Diakui Husni, pihaknya merasa sangat gembira dengan bertambahnya satu populasi gajah di kantong gajah Balairaja. Dia juga mengaku risau. Pasalnya, gajah itu kini berada di kawasan hutan kecil seluas lebih kurang setengah hektare saja, tak berapa jauh dari komplek perumahan guru Cendana di Balai Raja.
“Lokasinya di kawasan hutan akasia berawa sekitar dua kilometer dari hutan lindung Talang. Harapan kita, dalam waktu dekat, mudah-mudahan kawanan gajah berjumlah empat ekor dengan anaknya ini bisa diarak ke hutan lindung Talang. Kita takut akan muncul konflik dengan masyarakat. Sebab di sekitar tempat itu ada kebun ubi warga. Malah gajah-gajah beranak itu sempat diusir warga pakai mercon,” imbuh Husni.
Dikatakan Husni, populasi gajah di kawasan ini semakin menciut saja. Apalagi ruang jelajahnya sudah sangat sempit. Khusus untuk kantong Balairaja, jumlah gajahnya kini paling banyak enam ekor. Empat betina serta dua jantan yang sering menjelajah ke area ladang minyak DSF dan kawasan cagar biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSKBB).
“Sebanyak empat relawan kami terus melakukan patroli rutin untuk memantau gajah-gajah liar yang ada di kawasan cagar biosfer GSKBB dan sekitarnya. Patroli konservasi GSKBB tersebut didukung penuh oleh Yayasan Belantara,” pungkas Husni.(susi)
Discussion about this post