BENGKALIS (Riaulantang)– Usia Bengkalis diakui sudah mencapai 5 abad 5 tahun alias 505 tahun. Namun, siapa sangka umur daerah yang lebih tua 15 tahun dari Ibu Kota Negara Indonesia, Jakarta ini, masih menyimpan berbagai sejarah yang belum dapat dipecahkan. Salah satunya Komplek Pemakaman di area Mangrove Putri Hijau, RT 0012 RW 003 Dusun Sukajadi, Desa Pangkalan Batang, Kecamatan Bengkalis.
Lokasi makam yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari laut Selat Bengkalis ini juga punya hal-hal unik. Seperti kondisi wilayah pemakaman yang lebih tinggi dan bertanah liat. Jika pasang besar terjadi, lokasi ini seakan tak ‘disentuh’ air laut sedikitpun. Sementara disekitarnya, bahkan di beberapa pemukiman warga yang jaranya lebih dari 500 meter dari laut, tergenangi pasang.
Ada dua kuburan yang seakan memberikan isyarat bahwa di dalam liang lahat itu merupaan orang yang berpengaruh semasa hidupnya. Apakah secara sosial atau mungkin secara spiritual religius.
Makam pertama. Nisan dengan ukiran yang seakan cukup indah pada masanya ini berbentuk seperti sebuah limas kerucut, namun di bagian bawahnya terdapat dua lekukan. Sedangkan di bagian depan nisan atas, terdapat sebuah batu alam sebesar bola kaki yang seakan menjadi sandaran nisan atas.
Selain itu posisi nisan bagian bawah makam ini berbeda dari makam biasanya. Jika umumnya nisan bawah di tancapkan disekitaran ujung kaki, namun nisan pada makam ini ditancapkan sedikit ke atas, tepatnya disekitaran paha atau perut. Makam ini dipresiksi sebagai pusara seorang tokoh yang berpengaruh dalam bidang sosial kemasyarakatan pada masa itu.
Makam kedua. Jika dilihat dari batu nisan, makam ini diperkirakan pusara seorang wanita, namun bisa jadi pada zaman itu tidak demikian. Dengan kata lain, tempat peristirahatan terakhir ini diisi seorang lelaki berpengaruh dalam perkembangan Islam di Bengkalis. Sementara di sekeliling makam ini, terdapat tumpukan batu bata dengan postur lebih lebar dan panjang dari yang selalu diproduksi saat ini.
Konon, menurut cerita Ismail, warga Desa Pangkalan Batang yang secara sukarela menjadi seorang penjaga Komplek Makam Tua tersebut, mengatakan bahwa makam ini punya keanehan. Jika tumpukan batu bata di sekitaran makam ini disusun rapi, maka dikemudian hari batu bata tersebut acak-acakan kembali.
“Kami hanya mengira mungkin ini karena ulah monyet yang bermain disekitaran sini. Itu saja,” ujarnya menjelaskan di hadapan Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, H Amrizal, di dampingi Ustadz Ahmad Fadli Saputra Inayatullah dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Madani Nusantara Bengkalis, Suyendri, serta beberapa masyarakat yang berkunjung usai ziarah di Makam Tuan Guru Haji Ahmad yang berlokasi sekitar 700 meter dari Komplek Makam Tua ini, Jum’at (13/10/2017) sore.
Sementara itu, Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, H Amrizal yang terlihat sangat penasaran akan sejarah dan kisah dibalik Kompleks Makam Tua ini, mengaku akan berusaha semaksimal mungkin mencari referensi yang jelas dan akurat tentang makam-makam ini.
“Berdasarkan keterangan Pak Ismail, sebagai penjaga makam tua ini, bahwa sudah ada beberapa masyarakat yang berziarah ke makam ini. Ada yang dari Jawa Timur, Medan dan Solok, bahkan dari Bengkalis sendiri. Artinya tidak mungkin orang yang berziarah ke makam ini tidak tahu identitas kuburan yang diziarahi.,” tuturnya.
Namun, lanjutnya, Ismail sebagai penjaga sukarela memang tidak mengetahui identitas kuburan yang ada di Kompleks Makam Tua ini. Ia hanya berusaha menjaga dan membersihkan area makam. Karena dulunya kondisi makam ini sangat memperihatinkan, dipenuhi dengan semak belukar.
“Kami berharap kepada masyarakat yang mengetahui identitas makam tua ini dapat menerangkan kepada kami dan dapat diketahui oleh publik. Tentunya diharapkan agar sejarah yang ada tidak terputus dan hilang ditelan zaman,” pintanya.
Kemudian, disamping MUI berupaya mencari identitas makam tua ini, kiranya Pemerintah Desa, Kecamatan maupun Daerah, dapat merapikan lokasi tersebut dan menyediakan infrastruktur yang memadai. Karena jika sudah diketahui secara jelas, diharapakan makam ini dapat dijadikan salah satu icon objek wisata religi, di Pulau Bengkalis. (hms)
Discussion about this post