DURI (Riaulantang) – Gedung ini telah menelan miliaran uang rakyat. Dibangun di zaman H Herliyan Saleh jadi bupati Bengkalis. Namanya mentereng. Pasar Pujasera Duri. Tapi nasibnya ironis. Sepi karena tak berfungsi. Juga bersemak. Pun mulai rusak karena terbiar tanpa penjagaan dan perawatan.
Meski letaknya persis di pinggir Jalan Jendral Sudirman, Duri, tidak ada keramaian di sana. Tak terlihat pedagang, walau hanya agak seorang. Juga tak ada pembeli. Apalagi aktivitas jual-beli.
Saat Riaulantang mendatangi di kompleks Pasar Pujasera itu Kamis (16/11/2017) sore ini disambut oleh sejumlah keprihatinan. Beberapa remaja terlihat berada di komplek itu. Juga ada yang berseragam sekolah. lelaki dan wanita. Mereka mojok di teras Selatan gedung.
Saat dipandang dari jarak sekitar 20 meter, gedung ini terlihat tak terawat. Dinding tembok dan kaca depan bangunan dihiasi corat-coret yang sangat tak indah. Coretan serupa juga terlihat di dinding bagian belakang.
Dilihat dari dekat, pintu masuk di bagian depan bangunan di lantai dasar yang terbuat dari kaca juga sudah pecah berderai
Dua lembar dinding kaca bagian depan juga pecah, belum berderai dan ditempeli dengan lakban hitam. Pintu kaca belakang di puncak tangga lantai dua pun sudah hancur pula. l
Kalau bisa dijaga dan dirawat sebagaimana mestinya, halaman dan pekarangan kompleks Pasar Pujasera ini sebetulnya cukup asri. Pasalnya, sejumlah pohon penghijauan tumbuh merindang disana. Terutama sekali di bagian depan di pinggir Jalan Sudirman.
Namun amatlah disayangkan, halaman dan pekarangan di sisi Utara gedung utama sangat tidak sedap dipandang mata. Konstruksi bata paving block dipenuhi rerumputan liar. Lebih ke sisi pagar, semaknya lebih parah lagi. Ini menandakan gedung ini tidak dirawat sama sekali.
Bangunan WC yang dibuat terpisah dekat pagar di sisi Utara kompleks jauh lebih memprihatinkan. WC itu memiliki enam wc. Daun pintu masih lengkap. Tapi hendelnya sudah rusak semua. Lubang wvnya dipenuhi kotoran yang sudah mengering. Para penjijik tak usah melongok ke situ. Dijamin bakal mual atau muntah dan kehilangan selera makan.
Tak jauh dari bangunan WC itu ada pula bangunan kecil. Tampaknya ini diniatkan pemerintah dan konsultan perencana sebagai musala. Sebab ada bagian menjorok untuk mihrab. Pintu besi di kedua laluan masuk bangunan ini pun sudah tak di tempatnya lagi.
Ruangan dalam musala pun kotor. Empat tutup kemasan lem cap kambing tergeletak pula di lantai. Agaknya, generasi cap kambing sering berpesta di bangunan musala ini.
Meski tak ada beban berat, lantai teras persis di bagian tempat beruduk terlihat karam dan pecah-pecah. Pipa dan kran airnya pun sudah lepas semua. Kesan tak dijaga apalagi dirawat semakin mengemuka di kompleks ini.
Sedangkan portal besi di dua gerbang keluar kompleks pasar sudah kupak pula. Portal di gerbang Utara hanya tinggal tunggul. Besi pipanya sudah raib. Sedang besi pipa portal di bagian Barat masih utuh meski kedudukannya sudah terbongkar dari pondasi. Sementara itu, portal di gerbang menuju Jalan Sudirman masih utuh dan terpasang lengkap dengan gemboknya sekalian.
Sebetulnya, di penghujung masa jabatannya dulu, H Herliyan Saleh sebagai bupati sudah meresmikan pasar ini bersama beberapa pasar tradisional lain di beberapa kecamatan seantero Bengkalis. Acaranya cukup mentereng. Dihiasi pula dengan penandatanganan prasasti. Juga diramaikan selama beberapa hari dengan kegiatan pasar malam serta pameran batu akik. Namun sayang, upaya permanen Pemkab Bengkalis untuk memfungsikan pasar ini belum pernah berhasil hingga sekarang.
Di zaman Amril Mukminin sebagai peneraju Negeri Junjungan, pernah pula terbetik kabar bahwa gedung Pasar Pujasera Duri itu bakal dialihfungsikan sebagai kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bengkalis. Pasalnya, saat kampanye dulu, Amril mengusung rencana untuk memindahkan kantor Disdukcapil ke Duri. Hingga kini, belum terdengar kabar tentang kepastian rencana itu.(susi)
Dikirim dari ponsel cerdas Samsung Galaxy saya.
Discussion about this post