DURI (Riaulantang) – Pilpres dan Pileg tahun 2019 ini sungguh sangat berbeda. Perbedaan yang amat dirasakan oleh setiap anggota dan Ketua KPPS, adalah masalah waktu. Tidak sedikit para ujung tombak pelaksana pemilu ini berjibaku dari Subuh ke Subuh untuk menyelesaikan tugas di masing-masing TPSnya.
Kerja keras KPPS ini kadang harus dibayar mahal, bahkan dengan taruhan nyawa. Dari data sejumlah media tidak kurang 119 orang petugas KPPS meninggal dunia dan 548 lainnya disebutkan sakit. Dari 119 yang meninggal, ada 2 petugas KPPS dari Kabupaten Bengkalis. Semoga para petugas ini diterima amal kebaikannya oleh tuhan yang maha esa yaitu Allah SWT.
Kembali, apa yang membuat setiap TPS memakan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas? Ini lantaran banyaknya beban tugas yang harus diselesaikan dalam pemilu serentak pilpres dan pileg itu.
Pada hari pencobloson 17 April 2019 petugas KPPS yang terdiri Ketua dan anggota berjumlah 7 orang dan Linmas 2 ini mereka harus sudah hadir di TPS pada pagi hari. Mereka mulai merapikan susunan meja dan kursi yang sudah dipersiapkan dari malam sebelumnya.
Setelah semuanya beres, petugas harus mengambil sumpah sebelum memulai tugas. Sesudah itu kotak suara dibuka dan masing masing petugas mulai mengisi setiap data yang wajib diisi.
Disesi ini, warga yang mempunyai hak pilih sudah mulai berdatangan dengan membawa surat undangan. Barisan kursi yang disediakan mulai terisi, antrian pun tak dapat dielakkan. Petugas dengan sigap mengisi setiap lembar, mulai surat suara DPRD Kabupaten/Kota. DPRD Provinsi, DPR-RI, DPD dan Presiden beserta wakil Presiden.
Setelah didata, warga yang antri dipersilahkan menuju bilik suara yang berasal dari kardus itu. Bilik suara yang berjumlah 4 itu langsung terisi dan warga lainnya menunggu giliran tentunya diawasi oleh petugas dengan tulisan Bawaslu di depan dadanya.
Petugas tidak berhenti melaksanakan tugasnya, hingga antrian habis dan pencoblosan dinyatakan usai.
Tugas tak berhenti disitu, disaksikan petugas dari Bawaslu dan para saksi Partai, kotak suara pun dibuka untuk melakukan penghitungan suara.
Wajah yang semangat dan optimis masih bertahan walau bobotnya berkurang. Saat dibuka satu kotak suara, untuk DPRD Kabupaten Bengkalis, para saksi siap dengan peralatan “tempur” untuk mencatat hasil. Satu demi satu partai dan para caleg yang mendapat kepercayaan dari warga disebut. Bisa dibayangkan ada berapa partai dan berapa caleg yang jadi peserta pemilu dan ini baru satu kotak. Hampir 3 jam satu kotak tersebut bisa dituntaskan.
Seperti penuturan salah seorang anggota KPPS di Kelurahan Gajah Sakti, Mandau. Yang menyampaikan perhitungan suara memakan waktu yang lama karena adanya protes dari saksi.
“Kalau seperti ini ndak balek modal lah kita. Bisa tekor dari uang saksi yang sudah dijanjikan. Bisa-bisa sampai subuh kita baru selesai,” ujarnya
Hingga jelang malam, perhitungan suara masih terus berlanjut. Wajah optimis dan semangat yang pagi tadi terlihat berganti dengan wajah wajah kelelahan. Namun kerja harus dituntaskan.
“Luar biasa. Sampai tengah malam kerjanya. Malam baru mau makan, tadi ndak selera untuk makan. Syukur tidak banyak protes dan berjalan lancar,”tuturnya.
Saat ditanya pada ketua KPPS berapa honor yang diterima, sebelum menjawab ketua tersebut tersenyum.
“Untuk setiap anggota sekitar 470.000 ribu. Uang makan 45 ribu. Ada juga uang tenda sebesar 1.2 juta. Kalau untuk uang makan sebenarnya sudah tekor, di subsidi dari uang tenda yang lebih. Yang penting petugas tidak kelaparan dan dapat dilihat sampai jam segini (dini hari) kita masih bekerja,”ungkapnya.
Setelah menyelesaikan tugas di TPS, para anggota KPPS ini akan ke kelurahan, mengantar hasil TPS ini. Nantinya petugas PPS yang ada dikelurahan akan memeriksa kembali.
Paling tidak dari pantauan di TPS ini, mereka menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada. Perlu perhatian serius bagi negara dan anggota DPR pusat melihat situasi yang dihadapi petugas dilapangan. Apakah pantas mereka dari pagi hingga ketemu pagi dibayar dengan upah segitu? Apakah yakin dengan diadakan pemilu 2019 secara serentak tidak memberatkan mereka-mereka yang diujung tombak menjadi petugas.
Jangan lupakan pengorbanan mereka. Pemilu jujur dan adil yang diharapkan seluruh elemen masyarakat di negara kesatuan Republik Indonesia.(bambang)