Oleh : Jhony Hasianus Sinaga STIE Pembangunan, Tanjungpinang
Menurut anda, dewasa ini perlukah perusahaan bisnis mengikuti perkembangan zaman? Tentu, sudah pasti sangat diperlukan. Karena saat ini, manajemen kinerja tradisional dinilai kurang efektif atau bahkan tidak bisa lagi diterapkan pada suatu perusahaan, mengingat era persaingan yang semakin ketat dalam pasar global serta perkembangan sistem teknologi informasi dan transportasi yang menjadi pendukung aktivitas bisnis saat ini.
Dari apa yang saya pelajari, alasan mengapa perusahaan bisnis harus lebih mendisiplinkan ilmu manajemen terkhususnya manajemen kinerja dikarekanan pengeluaran terbesar dalam suatu perusahaan adalah biaya pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) jika dibandingkan pengeluaran lain. Mengapa demikian? Itu karena Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi atau perusahaan. Hal itu dikarenakan SDM menjalankan organisasi, mempertahankan serta mengembangkan organisasi. Disisi lain, saat ini banyak organisasi atau perusahaan yang tidak berkembang atau mengalami kerugian yang disebabkan oleh Sumber Daya Manusia yang kurang baik serta sistem manajemen-nya. Maka dari itu, cara perusahaan untuk menyelesaikan masalah seperti ini dapat diselesaikan dengan mencari sumber yang menyebabkan masalah tersebut.
Sebelumnya, agar pembahasan manajemen kinerja terarah, lebih baik jika terlebih dahulu kita memahami apa yang dimaksud manajemen kinerja. Menurut (Nursam, 2017) Manajemen kinerja adalah gaya manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang menerapkan proses komunikasi terbuka dan berkesinambungan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis yang terpadu sebagai penggerak pencapaian tujuan organisasi. Artinya praktik manajemenen kinerja dapat berupa penentuan tujuan organisasi, penempatan karyawan, penilaian kinerja, pemberian kompensasi, pelatihan dan pengembangan karir karyawan untuk mewujudkan visi bersama dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Jika sudah mengetahui apa itu manajemen kinerja, selanjutnya mari kita ulas mengenai karakteristik dari Manajemen Kinerja Tradisional (MKT) dan Manajemen Kinerja Baru (MKB). Yang mana hal ini bertujuan untuk membandingkan atau mengetahui kekurangan Manajemen Kinerja Tradisional dan keunggulan Manajemen Kinerja Baru. Berikut pembahasannya :
- Manajemen Kinerja Tradisional (MKT)
Pada era persaingan pasar global saat ini, Manajemen Kinerja Tradisional sudah tidak dapat digunakan lagi saat ini dan masa mendatang. Hal ini dikarenakan karakteristik Manajemen Kinerja Tradisional itu sendiri, yakni :
- Fokus pada jobdesk yang statis
- Berfokus pada individu
- Harapan kinerja dinyatakan dalam target
- baku atau management by objective (MBO).
- Berorientasi pada beban pekerjaan dan meminimalkan biaya.
- Umpan balik dari pengawas atau manajer
- Berfokus pada praktik dan sistem administrasi terpisah
- Berfokus ke masa lalu dan partisipasi karyawan pasif
- Pengoreksian terhadap sesuatu yang salah
- Manajemen Kinerja Baru (MKB)
Perubahan pada Manajemen Kinerja sangat dibutuhkan saat ini, mengingat Manajemen Kinerja Tradisional sudah tidak layak dipergunakan pada era ini. Oleh karena itu terciptanya Manajemen Kinerja Baru yang berorientasi pada prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM) yang diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih baik. Dikarenakan prinsip Total Quality Management (TQM) menggunakan sebuah pendekatan manajemen terhadap suatu kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan.
Adapun prinsip-prinsip dari Total Quality Management (TQM) yang penting, menurut (Dr. Juharni, 2017) dalam buku-nya yakni :
- Berfokus pada harapan dan kebutuhan pelanggan
- Berfokus pada tim dan individu
- Harapan kinerja dinyatakan dalam target perbaikan sustainable
- Berorientasi pada pencapaian kualitas
- Umpan balik kinerja dari berbagai sumber.
- Berfokus pada banyak sistem yang terdiri dari individu, tim, proses, dan unit bisnis.
- Mengelola kinerja karyawan dalam konteks kinerja bisnis.
- Berorientasi pada masa mendatang dan kontribusi aktif dari karyawan
- Berfokus pada cara mencegah masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, sangat jelas terlihat terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa transformasi Manajemen Kinerja Tradisional ke Manajemen Kinerja Baru sangat diharapkan dalam setiap organisasi atau perusahaan agar tetap dapat bersaing di pasar global. Namun transformasi ini akan berpengaruh terhadap karyawan yang sudah terbiasa dengan sistem Manajemen Kinerja Tradisional, akan tetapi hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi karyawan maupun perusahaan agar tetap optimal dalam bersaing di pasar global. Mengingat pada era saat ini perkembangan sektor bisnis sangat pesat dan ketat, maka jikat tidak diimbangi dengan sistem Manajemen Kinerja yang baik mungkin perusahaan akan tertinggal jauh hingga berpotensi mengalami kebangkrutan.
Dengan demikian, artikel ini saya buat dengan sebenar-benarnya berdasarkan referensi bacaan yang saya temui. Saya berharap artikel ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi pembaca serta dapat mengembangkan lebih baik lagi dari artikel yang saya buat.
REFERENSI
Dr. Juharni, M. S. (2017). Manajemen Mutu Terpadu (M. S. Dr. Guntur Karnaeni (ed.); 1st ed.). CV. SAH MEDIA. www.penerbitsahmedia.com
Nursam, N. (2017). Manajemen Kinerja. Kelola: Journal of Islamic Education Management, 2(2), 167–175. https://doi.org/10.24256/kelola.v2i2.438