BENGKALIS (Riaulantang)- Suara teriakan kegirangan terdengar dari seorang anak laki-laki remaja saat ia melihat handphonenya. Sang ibu dari anak remaja bernama Rizki ini terkejut melihat kegembiraan anaknya. Tak biasanya ia segirang itu. Sudah lebih setahun enam bulan ia hanya terlihat sibuk bermain gadgetnya tanpa peduli dengan lingkungan, tepatnya sejak proses belajar mengajar dilakukan secara daring alias online selama masa pandemi. Bahkan sifatnya terkadang cendrung pemarah.
Tak lengah, sang ibu menanyakan kepada si anak ada apa gerangan. Ternyata Rizki menerima whatshap pemberitahuan dari sekolahnya, bahwa dua hari lagi proses belajar dilaksanakan secara tatap muka walau pelaksanaannya tidak se optimal seperti sebelum pandemi.
“Benar-benar kegirangan anak saya begitu sekolah mulai lagi dilaksanakan dengan tatap muka. Semangatnya langsung bergelora. Ia langsung buka almari pakaian melihat pakaian sekolahnya yang sudah hampir dua tahun tak pernah lagi digunakan. Lucunya, setelah pakaian sekolah itu dicobanya, ternyata sudah tidak muat lagi,”cerita ibunya Rizki yang biasanya dipanggil Nita ini.
Tak hanya itu kata Nita lagi, anaknya juga langsung mau memotong rambut yang selama tidak sekolah tatap muka, dibiarkannya panjang hingga sebahu. Padahal selama ini berbagai bujukan dilakukan Nita agar Rizki memotong rambutnya, namun si anaknya bersikukuh bertahan dengan rambut panjangnya dengan alasan mumpung tidak sekolah.
“Begitu tahu besoknya akan mulai lagi sekolah tatap muka, dengan penuh semangat anak saya langsung minta potong rambut. Padahal selama ini paling susah membujuknya agar rambutnya yang sudah sebahu itu dipotong,”ujar Nita.
Menurut Nita dihentikan belajar tatap muka karena pandemi, banyak membawa pengaruh kurang baik terhadap anaknya. Mungkin karena tidak ada kewajiban untuk hadir ke sekolah pagi-pagi karena belajar hanya lewat online, anaknya Rizki jadi makin sibuk dengan gadget. Bahkan tidur sampai larut malam karena bermain game.
“Kalau ditegur, anak saya beralasan besok kan tidak sekolah. Alhamdulillah, akhirnya sekolah tatap muka dilakukan lagi. Saya juga sangat senang , karena selama sekolah online benar-benar merubah perilaku anak saya jadi malas belajar, ia sibuk main handphone saja, padahal ia selama ini juara di sekolahnya,” ungkap Nita.
Dimulainya kembali sekolah tatap muka di kabupaten Bengkalis khususnya dan propinsi Riau umumnya, tak hanya memberi semangat lagi kepada para anak didik untuk menimba ilmu secara langsung, namun juga merupakan angin segar bagi pedagang-pedagang gerobak kecil yang mengais rezeki di seputaran sekolah. Pandemi yang juga berdampak dilakukan sekolah daring selama ini, setidaknya membuat ekonomi mereka juga mati. Sebelumnya, saat sekolah berjalan normal mereka masih dapat mengais rezeki, meski hasilnya hanya untuk kebutuhan hari itu.
“Alhamdulillah sekarang sekolah sudah buka lagi. Kami bisa lagi berjualan kecil-kecilan di seputaran sekolah. Walau hasilnya tak seberapa, tapi setidaknya masih bisa untuk kebutuhan hidup satu hari. Waktu sekolah tutup, kita benar-benar kewalahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ungkap salah seorang pedagang makanan gerobak yang biasanya mangkal di sebuah sekolah di Kota Bengkalis kabupaten Bengkalis propinsi Riau.
Dimulai sekolah tatap muka di propinsi Riau dan kabupaten Bengkalis khususnya,menyusul makin menurunnya angka kasus Covid 19.
Protokol kesehatan pun tak lupa diterapkan pada pelaksanaan belajar tatap muka ini. Selain siswa diwajibkan pakai masker, proses belajar siswa dalam satu kelas juga memakai sistim sif atau bergantian. Wali murid pun diminta untuk mengisi pernyataan bersedia anaknya untuk divaksin. (evi)