DURI (Riaulantang)- Rencana dinas Pendidikan Bengkalis menggabung (merger-red) dua sekolah negeri di Jalan Pelita Kelurahan Gajah Sakti, Kecamatan Mandau membuat suasana pembelajaran di dua sekolah itu menjadi tak kondusif lagi. Dua sekolah masing-masing SDN 42 Mandau dan SDN 24 Mandau seolah saling berseteru satu sama lain sejak rencana merger itu dilontarkan Kadis Pendidikan. Perseteruan itu berimbas tak nyamannya proses pembelajaran di SD yang berada dalam satu komplek di tanah yang diwakafkan warga.
Sejumlah walimurid, guru hingga Kepala Sekolah SDN 42 yang merasa menjadi pihak yang dipojokkan dalam rencana merger ini Kepada Riaulantang.com, Selasa (05/11/19) mengaku tak nyaman dan diintimidasi oleh pihak-pihak yang ingin sekolahnya dimerger ke SDN 42. Intimidasi dan perlakuan kurang manusia pun mulai diterima siswa, guru hingga orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah.
“Sejak rencana merger itu di sampaikan Kadis dan kemudian dibatalkan tanpa pengumuman, murid dan guru kami diintimidasi. Ada guru yang dicaci maki, ada anak yang ditekan-tekan. Barang-barang kami pun dipindahkan secara sepihak. Parahnya lagi, WC sekolah yang dulunya di pakai bersama, kini pun di tutup. Anak dan guru kami tak bisa lagi pakai WC. Jika mau ke WC numpang ke rumah warga, ” ujar Kepala Sekolah SDN 42 Elnofi Noza.
Dikatakannya, kondisi ini makin berlarut sejak dia dipensiunkan tanpa kejelasan. SK pensiun belum diterima, tapi gaji sudah dua bulan tak diterima.
“Saya kasihan melihat sekolah ini. Seperti anak ayam kehilangan induk sejak saya dipensiunkan tanpa SK dan gaji yang tak dibayarkan 2 bulan. Saya tetap datang ke sekolah ini, tapi di cemooh sama pihak sebelah.
Ngapain lagi dia datang kan sudah pensiun,” ujar Elnofi yang mengaku sekolahnya menjadi sekolah terbaik se Bengkalis dalam peroleh Ujian Nasional (UN) tahun lalu.
Tidak hanya kasek, walimurid pun menyampaikan keluhan terkait rencana merger itu. Mereka tak terima sekolah itu dimerger hingga kemudian membubuhkan tandatangan penolakan seperti yang diminta Diknas.
“Hampir semua wali murid menolak untuk merger. Kenapa karena disekolah ini anak kami didik lebih beretika di banding sebelah. Kami yang menolak pun diintimidasi sampai ke anak. Bahasanya ke anak, mama kamu ya yang mengumpulkan tanda tangan. Ini sudah tak benar lagi,” ujar wali murid Dewi mewakili wali murid lain.
Penolakan merger itu terus bergulir, ungkapnya, pihak komite sekolah jelas-jelas menyatakan penolakkannya. Malah jika ini dipaksakan, para pendonor yang dulu menghibahkan tanahnya meminta tanah hibah itu dikembalikan lagi.
“Status tanah masih tanah hibahnya. Tapi suratnya dipegang pihak sekolah. Seolah mereka yang menguasai. Anak-anak pun sudah dilarang olahraga di halaman sekolah mereka. Yang tersisa sekarang hanya bangunan 6 lokal ini untuk kami,” ungkapnya lagi.
Disampaikannya, harus ada ketegasan terkait merger yang meresahkan ini. Jika memang merger dibatalkan harus ada penegasan dari Diknas hingga tak ada saling sikut dan saling sindir menyindir di kalangan pendidik sekolah ini.
“Sangat kita sayangkan, lembaga pendidikan tapi sangat tak kondusif. Ada saling curiga, saling sikut dan saling sindir menyindir. Jika tak jadi dimerger. Buat saja pagar pembatas biar aman keduanya,” ujarnya lagi.
Pantauan Riaulantang.com dilapangan, kedua SD yang berada di satu komplek itu tak pemisahnya. Yang menjadi pembeda hanya cat bangunan. Bangunan utama SD 42 berhadapan langsung dengan bangunan SD 24 yang berleter U. Bangunan SD 42 memang lebih sedikit dari SD 24 yang merajai komplek itu. Saking sedikitnya bangunan, SD 42 tak memiliki kantor dan hanya menumpang di ruang belajar. Kondisi ini agaknya perlu perhatian serius agar kisruh ini tak berlanjut dan menjadi api dalam sekam.
Terkait rencana merger yang timbulkan kegaduhan ini, Kadis Pendidikan, Edi Sakura belum bisa dikonfirmasi. (susi)