DURI (Riaulantang) – Puluhan guru Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) sekecamatan Mandau dan Bathin Solapan mengikuti Teaching Skill Training (TST) bertempat di Musholla Baitul Hikmah Jalan Aman Gang Teratai Kelurahan Pematang Pudu, Duri, Ahad (9/7/2023) pagi.
Dalam pelatihan itu Ketua DPC FKDT Kabupaten Bengkalis, Ustadz Afdal Dinil Haq SPdI menjadi motivator dan instruktur tunggal.
Pelatihan setengah hari bertajuk TST Guru-guru MDTA Hebat Bermartabat itu merupakan kolaborasi DPC FKDT Kabupaten Bengkalis dengan pengurus Musholla Baitul Hikmah.
“Lima guru MDTA Baitul Hikmah belum pernah mengikuti pelatihan seperti ini walau di MDTA lain sudah sering dilaksanakan. Makanya training ini sengaja kita laksanakan di sini,” kata Ketua Pengurus Musholla Baitul Hikmah, H Salim Hadi SKM kepada Riaulantang.
Pelatihan ini mendapat sokongan menggembirakan dari Ketua RW 07 Pematang Pudu, Jumadi serta Ketua RT setempat, Khairman Khalid yang juga menjabat sebagai bendahara musholla Baitul Hikmah. Sekretaris Pengurus Musholla, H Wendra Effendi SSos pun hadir memantau kegiatan itu.
Curilah Hati Murid dengan Cinta
Ustadz Afdal sebagai motivator dan instruktur kepada Riaulantang usai pelatihan menyebut, teaching skill training ini berisi pemaparan tentang ilmu dan teknik untuk mencuri hati murid dengan cinta.
“Guru harus memahami bagaimana dia harus bisa hadir dengan cinta di hadapan murid-murid. Kalau guru mendidik dengan cinta, dapat dipastikan akan disambut pula dengan cinta oleh murid. Mendidik dengan cinta ini adalah metode mendidik cara Rasulullah,” ujar Afdal.
Dengan metode itu, lanjut dia, kegiatan belajar mengajar akan menjadi indah dan menyenangkan. Jangan sampai ada vonis murid bandel, murid nakal. Semuanya perlu proses menuju pencerahan. Karenanya tak ada alasan bagi guru untuk tidak mengoptimalkan kemampuannya dalam mengemban amanah sebagai pendidik.
“Sebagai pendidik, tugas guru tak hanya sekadar mentransfer ilmu, tapi lebih penting adalah bagaimana murid bisa mengimplementasikan ilmu itu dalam kehidupan,” tambahnya.
Contoh, lanjut Afdal, murid sudah tahu tentang kewajiban shalat lima waktu. Itu baru kecerdasan intelektual. Sebagai pendidik, guru harus termotivasi bagaimana agar murid melaksanakannya dalam keseharian. Inilah kecerdasan emosional dan spiritual yang dituju.
Guru pun, katanya lagi, harus paham bahwa setiap murid adalah unik dan spesifik. Bisa jadi sang anak tak tampak unggul secara akademik lantaran dia tak pernah juara dan jarang tampil.
“Namun bisa jadi dia unggul di segi akhlak. Saya pernah menemukan murid seperti itu. Di sekolah biasa saja. Tapi di rumah, selesai semua oleh dia. Kawan-kawannya pun menunjuk dia sebagai anak baik. Jadi IQ saja belum menjamin,” sambung sang motivator.
Ditambahkannya, guru juga harus melakukan cek dan recek. Jangan hanya mengajak anak untuk baik di sekolah. Bisa jadi anak itu patuh di sekolah tapi dicap nakal di rumah atau sebaliknya. Makanya komunikasi intens dengan orang tua murid tak bisa diabaikan.
Sentuhan sayang dan mendidik, tutur Afdal lagi, merupakan salah satu teknik mendidik dengan cinta. Terutama ditujukan untuk anak yang belum begitu termotivasi. Untuk murid perempuan oleh guru perempuan, murid lelaki oleh guru lelaki.
“Saya pernah merasakan sentuhan mendidik dari guru saya dulu. Kesannya begitu mendalam. Kini teknik serupa pun sering saya terapkan ke murid,” tambahnya.
Tantangan ke Depan Masih Besar
Dari 140 MDTA dengan hampir 1.000 murid sekecamatan Mandau dan Bathin Solapan, menurut Afdal, sekitar saparoh guru MDTA sudah mengenal metode mendidik dengan cinta. Dan sekitar seperempat dari total guru sudah mencoba melaksanakan metoda ini secara konsisten.
“Jadi tantangan yang kita hadapi ke depan masih besar. Sebab masih ada guru yang belum termotivasi untuk belajar cara mengajar yang lebih baik. Cara mengajar yang monoton tentu membosankan bagi murid. Harusnya kita bisa menjadikan sekolah sebagai tempat yang indah dan menyenangkan untuk anak. Bukan malah menjadi beban tambahan yang memberatkan anak,” imbuh dia.
Afdal juga sempat menyebut pendidikan di Finlandia sebagai salah satu pembanding. Pasalnya, negara itu telah mampu menciptakan iklim pendidikan di sekolah yang amat menyenangkan bagi murid.(syukri)