DURI (Riaulantang)- Siang itu, Jerfrianto dan kawan-kawan tengah istrirahat siang melepas penat usai berjibaku memadamkan api yang membumihanguskan lahan gambut di desa Buluh Manis, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis. Sembari duduk dan rebahan, Jefri Danru Damkar Mandau itu mengingatkan personilnya untuk berada di satu kelompok. Dia tak menginginkan hal-hal buruk menimpa personilnya lantaran berada di daerah yang jarang terjamah tangan manusia.
Sembari memakan bekal kacang goreng kemasan yang dibawa, Jefri bertutur suka duka selama bertugas memadamkan karhutla. Memikul mesin portable seberat 80 kg sembari menerobos lokasi karla merupakan makanan sehari-hari anggotanya. Mereka tak pernah putus asa mencapai lokasi walau harus berjalan kaki puluhan kilo membawa peralatan utama mesin dan slang air yang cukup berat.
Tiba di lokasi pun mereka harus siaga. Serangan binatang buas seperti cobra dan lainnya bukan hal baru bagi personilnya. Seminggu belakangan mereka malah dikejutkan dengan kemunculan 2 beruang kembar di area yang dipadamkan. Pekikan hewan bertubuh besar itu membuat dia harus bersiaga.
Namun tugas tetap tugas baginya. Sepanjang ikhlas dan lillahi ta’ala tak ada yang ditakutinya.
“Mungkin karena asap, dua beruang kembar muncul. Kenapa kami sebut beruang kembar, karena mereka muncul selalu berdua. Pekikannya melengking tinggi, badannya tinggi besar ” cerita Jefri.
Namun rasa takut harus dibuangnya. Tugas memadamkan karhutla tetap yang utama. Mereka tetap bekerja walau harus siaga.
“Kalau hadangan cobra bukan satu dua. Kami siaga. Makanya harus bawa sajam juga,” ungkapnya.
Tak hanya gangguan binatang buas dan berbahaya, ceritanya, gangguan ghaib juga kerab mendera. Pernah disuatu tempat dan masa, personilnya diganggu kekuatan kasat mata. Mereka yang tengah istirahat dipanggil suara-suara wanita, setelah di lihat tak ada siapa-siapa.
“Pas anggota istirahat ada suara wanita memangil. Ditoleh tak ada orang. Bukan satu dua diganggu seperti itu. Saya langsung ingatkan agar pikiran tak kosong waktu istirahat dan tetap saling awasi,” ungkapnya.
Ternyata cerita punya cerita setelah beberapa hari disana, ungkapnya, baru diketahui bahwa daerah itu semacam perkampungan makhluk gaib (orang bunian-red). Warga disana mengingatkannya karena anaknya sering hilang dibawa makhluk ghaib itu.
“Itu mistisnya. Percaya tak percaya tapi kami mengalaminya. Mudah-mudahan kami dijauhkan dari segala marabahaya,” harap Jefri. (susi)