DURI (Riaulantang) – Menelisik bisnis prostitusi pelajar di kota Duri bukanlah hal mudah. Bagi yang tidak mengetahui, mungkin akan kaget dan tidak percaya adanya bisnis esek-esek yang melibatkan pelajar di kota kecil Duri ini. Tapi nyatanya bisnis itu sudah berlangsung layaknya bisnis prostitusi lain. Hebatnya lagi pembayarannya kini tak lagi dengan lembaran rupiah tapi juga narkoba.
Untuk mengetahui seluk beluk bisnis esek-esek yang melibatkan pelajar itu Riaulantang.com mendatangi sejumlah narasumber. Hasilnya cukup mengejutkan. Para penguna jasa esek esek harus merogoh kocek cukup dalam untuk mendapatkan daun muda ini.
Seperti disampaikan Randi (bukan nama sebenarnya) yang mengaku pernah melakukan transaksi esek-esek dengan pelajar di kota Duri. Disebutkannya praktek terselubung itu diketahui dari temannya yang sudah melakoni bisnis haram itu. Ingin tahu lebih jauh, dia pun coba mengetahuinya. Namun dia mengaku agak kesulitan melakukan transaksi lantaran bisnis itu terselubung rapi dan butuh waktu untuk meyakinkan pihak terkait.
“Awalnya cukup sulit untuk masuk ke dunia itu. Tapi saya coba lobi mucikarinya, akhirnya sepakat. Pada saat deal di angka Rp 400 ribu. Namun karena saya banyak permintaan, akhirnya deal di angka Rp 800 ribu,”tuturnya.
Setelah kesepatan itu, dia lantas dihubungkan dengan anak asuh mucikari. Komunikasi pun berlangsung antara keduanya. Namun tidak mudah untuk meluntuhkan anak asuh mucikari yang masih berstatus pelajar itu.
“Banyak permintaan yang diajukan pelajar itu. Tidak hanya duit tapi juga sabu atau inex. Ini berlangsung tidak di satu atau dua orang tapi banyak. Sepertinya mereka punya jaringan tersendiri,” ungkapnya.
Randi yang sudah biasa dengan dunia malam mengaku tak butuh waktu lama untuk menaklukan mangsanya. Rayuan gombal ditambah tips membuat si pelajar ngebet ingin bertemu.
“Kesini-sini dia yang menghubungi saya. Tapi banyak permintaan. Namanya saya banyak teman, ya saya sanggupi dan kami pun bertemu,” ujarnya yang mengaku liburan ke Duri sembari mencari kesenangan semu yang menurutnya cukup
fantasis.
Terkait mencuatnya bisnis esek-esek yang melibatkan pelajar ini, Ketua Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Bengkalis , Refri, membenarkan adanya indikasi bisnis tersebut. Untuk itu pihaknya mengingatkan para mucikari dan hidung belang agar tak main-main dalam bisnis haram itu. Jika kedapatan sanksi hukum menunggu karena melibatkan anak dibawah umur.
“Jangan coba-coba melibatkan anak dalam bisnis haram itu. Sanksi hukum ada didepan mata ” tegasnya.
Untuk mencegah anak terlibat hal-hal negatif ungkapnya, peran orang tua sangat menentukan. Orang tua diminta meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak di dalam rumah.
“Anak memiliki tiga ruang interaksi. Di rumah, sekolah dan lingkungan. Porsi waktu terbesar itu dirumah. Makanya peran orang tua diperlukan untuk memantau perkembangan anak,”ungkapnya.
Pengawasan dinas terkait juga mutlak di perlukan tambahnya. Razia dan monitoring bisa dilakukan dengan berkala hingga bisnis ini tak tumbuh subur.
“Harus diprogramkan sebaik-baiknya. Lakukan dengan terjadwal. Periksa semua tempat hiburan dan kos-kosan dan lokasi-lokasi yang dicurigai. Mari kita jaga bersama anak-anak kita,”pungkasnya. (bambang)