DURI (Riaulantang) – Saat melakukan pemantauan Gajah liar di Kantong Balai Raja, dapat dilihat bagaimana seekor Induk Gajah beserta anaknya tengah “menemani” Gajah yang dalam kondisi cedera. Gajah itu masuk kedalam jebakan yang sengaja dibuat oleh ulah manusia. Sehingga Gajah yang memiliki tubuh tambun tidak sempurna melangkah dengan kaki yang pincang. Hal yang menyentuh, selain begitu teganya orang membuatmu jebakan dengan niat melumpuhkan Gajah yang dianggap hama, ada satu pemandangan yang luar biasa yang bisa diambil pelajarannya.
Induk Gajah dan anaknya begitu setia menemani Gajah yang sakit tersebut. Kemanapun mereka berputar dilokasi Kantong Balai Raja, tidak pernah meninggalkan Gajah yang mengalami luka parah. Saling melindungi, tidak meninggalkan skema jalan yang seolah seperti ada komando atau aba-aba yang terlintas. Si kecil atau dikenal Gajah Rimba, paham dengan situasi kawanannya yang tidak baik-baik saja. Acap kali si Rimba di posisi tengah ketika pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari dokumentasi yang berhasil kami ambil dapat terlihat, dengan jelas.
Kemudian timbul pertanyaan dimana posisi Gajah Jantan? Bukan berarti dia tidak peduli, tapi lebih melindungi dari ancaman yang bisa datang sewaktu-waktu mengganggu kawanannya. Gajah Jantan yang bertubuh besar, bisa hadir didepan, disamping bahkan dibelakang tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Insting Gajah, tidak pernah salah, mana orang yang akan berniat jahat ke kawanannya, dan mana orang yang peduli dengan kawanannya yang tengah sakit.
Hal paling lumrah ketika melakukan patroli atau pantauan bersama Rimba Satwa Foundation, adalah kehadiran Gajah Jantan tanpa disadari hanya berjarak lebih dan kurang 20 Meter, tanpa beringas dan menyerang kami. Gajah Jantan hanya melihat tidak sampai 5 menit, lalu pergi begitu saja. Ini Gajahku, Gajahmu Gajah kita semua. Salam Lestari. (Bambang)