DURI (Riaulantang)- Populasi gajah Sumatera di kawasan Balai Raja, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis kembali berkurang. “Dita” Gajah Sumatera yang namanya sudah mendunia ditemukan mati di kubangan lahan pertanian warga, Jalan Bengkalis Indah RT 2 RW 2 Senin siang (07/10/19) sekira pukul 11.15 WIB. Kematiannya Dita, pukulan telak bagi sejumlah pengiat lingkungan yang selama ini rutin memantau pergerakannya.
“Ini pukulan telak bagi kami. Dita Gajah Sumatera yang namanya sudah mendunia. Tiga hari lalu kami masih memantau pergerakannya, hari ini kami hanya mendapati bangkainya,’ sesal Solfarina dari Rimba Satwa Foundation (RSF).
Disampaikan Solfarina, Gajah Dita merupakan gajah fenomenal yang namaya sudah mendunia. Pergerakan gajah ini sudah dipantau sejak tahun 2014 lalu. Sejumlah pengiat lingkungan, BKSDA dan lainnya sudah tak asing lagi dengan gajah ini lantaran beberapa kali kaki buntungnya diobati karena infeksi bekas jeratan.
“Bisa kami pastikan ini gajah Dita. Bisa dilihat dari bekas luka dikakinya,” ujar Solfarina lagi.
Sementara itu terkait penyebab kematiannya, Solfarina dan rekan-rekan sesama pengiat lingkungan lainnya belum bisa memastikan. Pihaknya masih menunggu kedatangan pihak BBKSDA Riau dan WWF yang akan melakukan nekropsi atau bedah bangkai untuk mengetahui penyebab kematian Dita.
“Kami masih menunggu BBKSDA untuk memastikan penyebab kematiannya. Hanya saja kami temukan bekas tali jeratan di sekitar lokasi,” ujarnya.
Sementara itu, Trimo Ketua RT setempat mengatakan bangkai gajah Sumatera itu ditemukan warga yang ingin melihat lahan perkebunannnya.
‘Pertama kali ditemukan warga yang mau mengecek kebunnya. Diinformasikan ke saya dan saya hubungi Bhabimkamtibmas,” jelas Trimo.
Pantauan Riaulantang.com diTKP, bangkai gajah Dita tergolek di dalam kubungan yang tak begitu dalam. Separoh badannya menyembul ke atas termasuk kakinya yang bekas luka jeratan. Tubuh gajah yang mulai membusuk itu di kerubungi lalat hijau. Sebagian isi perutnya sudah mulai pecah dan kekuar.
Kondisi disekitar kubangan itu porak poranda. Jejak kaki dan kotorannya ada di mana-mana. Lokasi kubangan itu persis berada di kerendahan antara perkebunan ubi warga.
“Ini yang kami takutkan. Ternyata kejadian juga. Kami sudah usulkan patroli rutin 30 hari agar bisa memantaunya. Tapi nyatanya hanya bisa 16 hari. Pas hari ini dapat kabar sudah menjadi bangkai,’ sesal Rendi ketua HIPAM Duri.
Terkait tewasnya gajah Sumatera ini, pihak BBKSDA yang dikonfirmasi di lapangan belum mau memberi keterangan. Pihaknya berdalih menunggu kedatangan BBKSDA dari Pekanbaru. (susi)