PEKANBARU (Riaulantang) – Putra Hendria Rokan yang dikenal sebagai pengrajin tanjak mempromosikan atau memperkenalkan hasil karyanya saat mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Akselerasi Ekspor Halal Provinsi Riau Komite Daerah Ekonomi Dan Keuangan Syariah (KDEKS) Provinsi Riau Tahun 2023.
Tanjak adalah salah satu aksesoris penutup kepala lelaki Melayu berbentuk runcing ke atas. Terbuat dari kain songket panjang yang dilipat. Tanjak seringkali berbentuk ikatan hiasan kepala dengan gaya tertentu.
Uniknya, Pemilik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bono Tanjak ini merupakan satu-satunya pelaku UMKM yang membawa hasil karyanya pada saat diselenggarakan FGD di Grand Central Hotel Pekanbaru, Rabu (23/8/2023).
Ia mengaku, selain untuk menambah ilmu pengetahuan juga melihat peluang untuk mempromosikan produknya kepada semua orang yang hadir, agar lebih mengenal tanjak sebagai sebagai aksesoris penutup kepala lelaki melayu.
“Alhamdulillah kegiatan berjalan lancar, tentunya banyak ilmu yang kami dapat dari kegiatan ini,” kata Putra usai acara.
“Pada kesempatan ini saya juga membawa 3 Tanjak Melayu, dalam rangka mempromosikan budaya kita, dalam hal ini memperkenal dua jenis tanjak diantaranya Balong Raja dan Nakhoda Trong,” imbuhnya.
Putra juga menyampaikan bahwa ada tiga tanjak melayu yang terdiri dari bentuk dibawa diantaranya Tanjak Balong Raja, tanjak jenis ini identik dengan kepahlawanan.
Kemudian Nakhoda Trong adalah seorang pelaut dari Selat Malaka, Nahkoda Trong dikenal sebagai orang-orang yang setia membantu menjaga keamanan laut dengan sikap-sikap kepahlawanan yang menyentuh hati.
Saat menghadiri FGD tersebut, Putra juga terlihat menggunakan pakaian melayu dan Tanjak Dendam Tak Sudah yang memiliki makna keinginan yang kuat dari seseorang untuk mencapai sesuatu.
Contoh makna tanjak dendam tak sudah itu seperti seorang lelaki yang jatuh cinta kepada seorang perempuan. Laki-laki tersebut sangat mendambakan perempuan yang ia cintai tersebut dengan berbagai kondisi.
“Kegiatan ini tidak terlepas dari UMKM, jadi tidak ada salahnya kita mempromosikan tanjak ke banyak orang. Agar budaya bertanjak orang melayu tetap selalu dikenal,” pungkasnya. (Fik)