PINGGIR (Riaulantang)- Ada hal menarik saat bupati Bengkalis, Amril Mukminin meninjau proyek strategis diujung desa Tasik Serai Kecamatan Talang Muandau, Senin siang (12/08/19) tadi. Tengah rehat di bawah tenda terpal milik pedagang gorengan, bupati mendapat kunjungan warga dusun Bagan Boneo. Para sepuh dusun ini sengaja keluar dari dusun yang tak punya akses untuk bertemu dan berkeluh kesah dengan sosok pemimpinnya.
Diterima Amril dalam suasana santai, sembari mencicipi pisang goreng yang disajikan pedagang lokal, para sepuh desa ini pun berkeluh kesah. Jarak 6 km dari dusun Bagan Benio ke desa Tasik Serai harus mereka lewati hingga 3 jam demi bertemu Bupati Bengkalis yang baru pertama kali menjejakan kaki di kampungnya. Mereka pun bercerita perihal keterisoliran kampungnya.
Berada di kawasan yang masuk dalam kawasan hutan lindung membuat 200 KK di dusun itu jauh dari kata pembangunan. Satu-satunya akses masuk ke dusun itu masih berupa jalan rawa yang sukar di lalui. Jika hujan turun, mereka harus berkutat sekitar 3 jam mendorong motor untuk melewati jalan sepanjang 6 km ke dusunnya.
Keterbatasan akses itu membuat dusun mereka kekurangan sarana prasarana. Setingkat puskesmas pun mereka tak punya. Hingga warga yang sakit atau melahirkan harus di gotong keluar.
“Kemaren ada warga kami yang meninggal lantaran kehabisan darah saat melahirkan. Anaknya selamat, tapi ibunya tak tertolong. Kami terpaksa menandunya keluar untuk mendapatkan pertolongan, tapi nyawanya tak tertolong,” keluh Ketua RT Setempat Zulkifli.
Tidak hanya minim fasilitas warga juga kesulitan mendapat air bersih. Musim kemarau saat ini membuat mereka kesulitan mendapatkan air bersih hingga mereka seperti mendapat berkah bertemu bupati dan berkeluh kesah.
“Bantu kami pak. Buatkan kami jalan, bangunkan kami puskesmas, buatkan kami sumur bor dan bangunkan kami sekolah. Cuma bapak satu-satunya bupati yang pernah sampai ke sini,” ujar Zulkifli lagi.
Tidak hanya berkeluh kesah perihal minimnya sarana, mereka juga mengeluh ancaman serangan harimau yang beberapa minggu terakhir terpantau di kampungnya.
“Kami juga resah pak, ada 2 ekor harimau yang berkeliaran di kampung kami. Kami takut ke kebun menakik getah. Jejak kakinya jelas terlihat,” ujarnya.
Menanggapi persoalan warga yang berada di kawasan hutan Lindung ini, Amril coba carikan solusi karena bagaimana pun membangun di kawasan hutan lindung harus ada izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Kendati demikian pihaknya tetap berupaya memberikan akses jalan bagi warga.
“Kita harus ada izin dahulu, jika ingin melaksanakan pembangunan disana. Tapi kita sudah menyurati kementerian terkait, pembebasan wilayahnya. Untuk akses jalan mungkin bisa dibuat sedikit minimal untuk motor,” ujar Amril Mukminin.
Untuk puskesmas Bupati juga respon. Pihaknya merasa prihatin dengan kondisi masyarakat Bagan Boneo, jika kampung ini dikeluarkan dari kawasan hutan lindung, pihaknya berjanji membangunan puskesmas dan sekolah.
“Inshaallah kita bangunkan (puskesmas). Cari nanti anak-anak sana yang bisa jadi bidannya biar bisa menetap dan tak bolak balik keluar,” janji Amril.
Untuk air bersih, Amril langsung menginstruksikan agar warga bisa di buatkan sumur bor.
Menanggapi hal ini warga merasa bersyukur karena sudah bisa bertemu dan berbincang langsung dengan bupatinya. Mereka mendoakan agar bupati diberi kemudahan rezeki dan di panjangkan umurnya.
“Di umur 93 ini, baru kali ini saya di kunjungi bupati. Mana bupatinya, ” tanya Kakek Sahul yang sudah disalami bupati namun dia lupa hingga bupati membuka topinya dan bersalaman kembali.
Diujung pertemuannya bupati menitipkan sedikit buah tangan untuk warganya yang berada di pelosok itu. (susi)