BENGKALIS (Riaulantang) – Dalam rangkaian memperingati Hari Jadi ke-511 Bengkalis, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis menggelar ziarah ke sejumlah makam bersejarah, salah satunya Makam Dara Sembilan.
Situs budaya yang wajib dilestarikan itu, diziarahi Wakil Bupati Bagus Santoso beserta sejumlah Forkopimda Senin, 31 Juli 2023.
Prosesi ziarah makam, diawali dengan pembacaan sejarah singkat, dilanjutkan pembacaan do’a dan diakhiri tabur bunga.
Menurut sejarah yang dibacakan dihadapan penziarah, sekitar tahun 1512, Bengkalis sudah ada bahkan dikaitkan dengan zaman prasejarah.
Pulau Bengkalis sejak dahulu telah dihuni oleh manusia dan memiliki tatanan pemerintahan, namun masih dalam bentuk perbatinan, salah satunya Batin Senggoro di Senggoro.
Perbatinan Senggoro kala itu dijadikan sebagai pusat pemerintahan, lokasinya terletak tidak jauh dari lokasi makam dan diberi nama Parit Rentang.
Kala itu, Perbatinan Senggoro dipimpin oleh Batin Hitam, memiliki prajurit pilihan, terlatih dan berani mempertaruhkan nyawa, demi mempertahankan wilayahnya.
Salah satu strategi yang dilakukan Batin Hitam mempertahankan daerahnya, dibangunnya benteng yang diberi nama Benteng Batin Hitam.
Dahulunya benteng ini dilengkapi dengan meriam-meriam, yang selalu siap ditembakkan terhadap lanun yang mengganggu ketentraman kampung Bengkalis.
Sedangkan kuburan Dara Sembilan merupakan benteng khusus, tempat persembunyian untuk melindungi para dara jelita kampung Bengkalis dari serangan lanun yang suka menculik gadis cantik tersebut.
Batin Hitam membangun benteng tersebut, letaknya kurang lebih 75 meter dari benteng Batin Hitam, yang dikenal dengan Makam Dara Sembilan.
Kematian Dara Sembilan itu itu bermula, ketika terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis dan lanun.
Sembilan anak dara disembunyikan dalam benteng, kunci rahasianya berada di bagian luar. Sedangkan, juru kuncinya ikut melakukan peperangan.
Akibat serangan dahsyat antara Portugis dan lanun, benteng itu roboh menutupi tempat kunci rahasia. Menyebabkan dara terkubur dan meninggal.
Adapun sembilan dara yang meninggal dalam benteng diatas adalah, Mayang Sari, Cempaka, Aisyah, Rubaiyah, Samsidar, Zainun, Kamariah, Siti Hawa dan Zubaidah.
Masih dibacakan sejarah singkat, sumber lain mengatakan, yang memegang kunci benteng Batin Hitam adalah ayah dari sembilan dara.
Ada juga yang mengatakan, kesembilan dara tersebut bukan kakak beradik melainkan dara-dara pada masa itu.
Sumber sejarah lain juga menyebutkan, pada masa itu, Makam Dara Sembilan dijaga oleh seekor ulang weling. Setiap bulan akan diberi sesajen, sebagai bentuk penghormatan.
Diakhir acara, Wabup Bagus Santoso menyerahkan santunan kepada ahli waris. Kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.(evi)