DURI (Riaulantang)- Kabar pelecehan suku Minang oleh tokoh di luar etnis Minang terus mengelinding ibarat bola panas. Sejumlah tokoh ninik mamak, pemuda Minang merasa “sesak dada dan merah telinganya” (marah-red) mendengar kabar pelecehan suku yang beredar luas itu.
Omongan “Orang Minang Gadang Ota, Maota Ota, Ujung-Ujungnyo Minjam Pitih”. (orang Minang Pembohong, Ujung-Ujungnya Minjam Uang) yang dilontarkan Ngatno Eko Prawiro sangat menyinggung “puncak kada” orang Minang.
‘Selaku Pemangku Adat dan datuk di minang Kabau, saya sangat tersinggung dengan omongan Ustad Eko itu. Jangan main-main dengan kami orang Minang. Lunaknya kami Buliah di Sudu, tapi Karehnyo Kami ndak bisa ditakiak,” jelas Amri Datuak Maruhun memberi perumpamaan saat berdiskusi dengan sejumlah tokoh dan pemuda Minang lain, Minggu sore (21/06/2020) tadi.
Disampaikannya ucapan yang menyudutkan Suku Minang sangat tak diterima. Walaupun klarifikasi dan permintaan maaf sudah dan diberikan kepada sejumlah pihak tapi menurutnya itu tak bisa berhenti sampai disitu saja, karena gelombang protes semakin besar.
“Saya sudah dengar ulasan yang disampaikan. Tidak bisa dianggap candaan. Jangan bawa-bawa suku kalau untuk hal ini,” tegas Datuak Maruhun lagi
Disampaikan Minang Kabau memiliki Ninik Mamak dan tokoh masyarakat yang dihormati, tak terkecuali di kota Duri ini. Jika pun yang bersangkutan ingin menyampaikan permintaan maaf sepatutnya dihadapan ninik mamak dan tokoh masyarakat ini. Itu pun jika nanti ada putusan dari ninik mamak yang dimusyawarahkan sesuai adat.
“Kami orang Minang ini adat istiadat sangat dalam. Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah. Pak Ustad Eko ini seorang tokoh dan panutan. Jangan beri contoh yang tak baik dan Jangan menciptakan konflik. Kami memang orang rantau tapi jangan pernah ganggu suku kami,” tegasnya. (bambang)