BENGKALIS (Riaulantang)- Hidayah dari Allah tak ada yang tahu, kapan datangnya, siapa yang mendapatkannya. Yang pasti, kalau Allah sudah berkehendak memberikan hidayah kepada seseorang, ada saja jalannya.
Covid 19 mungkin adalah wabah, dan sangat ditakuti oleh manusia. Namun bukan tidak mungkin adalah juga musibah yang didatangkan Allah, untuk mengingatkan manusia agar lebih dekat kepada penciptanya Allah SWt.
Banyak yang takut akan kematian yang selalu mengintai dengan adanya virus covid 19. Tak sedikit pula yang terus berupaya meningkatkan ketaatan kepada Allah sebagai persiapan menghadapi sang Khaliq andai terinfeksi virus corona dan meninggal dunia.
Adalah Arif, pria yang bertubuh tegap ini semula beribadah semaunya. Shalat kadang bolong-bolong. Suatu ketika badannya mendadak panas tinggi, sulit bernafas dan batuk-batuk. Yang ada di pikirannya , dia terserang virus covid 19. Panik dan ketakutan luar biasa dirasakan warga kecamatan Bantan kabupaten Bengkalis ini.
Tak hanya Arif yang panik, sang ibu Maryati tak kalah cemasnya. Karena memang dari cerita yang didengarnya gejala yang terjadi pada anaknya, pertanda penderita virus corona. Bayangan akan kehilangan anak mendera wanita paruh baya ini.
“Benar-benar panik dan menggigil, begitu anak saya panas tinggi. Jantung terasa mau copot. Bagaimana tidak, dia semula baik- baik, tiba- tiba saja panas tinggi dan sulit bernafas. Yang terbayang oleh saya dia terserang virus corona Dia memang sedikit sulit diberitahu untuk terus memakai masker kalau keluar rumah,” cerita Maryati.
Untunglah setelah dibawa ke Puskesmas dan menjalani tes, Arif hanya demam biasa, bukan terserang corona sebagaimana yang ditakuti oleh Arif dan ibunya Maryati.
Namun ada hikmah yang menurut Maryati sangat luar biasa dari kejadian tersebut. Arif menjadi pribadi yang taat beribadah. Sholat tak lagi bolong-bolong. Demikian juga halnya keluarga ini makin taat menjalankan protokol kesehatan. Sekalipun keluar rumah hanya untuk pergi ke rumah tetangga sebelah, pakai masker dan cuci tangan tetap ditaati oleh keluarga Maryati.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur pada Allah, anak saya sekarang taat beribadah dan tak ngeyel lagi kalau disuruh memakai masker. Mungkin dengan cara ini Allah memberikan hidayah kepada anak saya,” ucap Maryati.
Arif sendiri juga bersyukur dengan kondisinya sekarang. Ketakutan tertular virus corona, telah merubah hidupnya lebih mendekatkan diri kepada Allah. Yang penting katanya, untuk terhindari dari Covid 19, protokal kesehatan dijalankan.
“Sekarang kalau keluar rumah, saya tak pernah tinggalkan masker. Takut tertular. Waktu demam dan sulit bernafas, saya benar-benar ketakutan akan kematian. Saya pikir saya tertular Covid dan akan dipikiran saya, tak lama lagi anak meninggal. Mungkin itu cara Allah menegur saya untuk lebih taat beribadah,” tutur Arif.
Ditambahkan Maryati pula, di lingkungan tempat tinggalnya kecamatan Bantan, kebanyakan masyarakat sangat menyadari pentingnya memakai masker dan cuci tangan serta jaga jarak untuk menghindari penularan Covid 19. Biasanya sebut Maryati, kalau ada warga yang menikah, acaranya diselenggarakan secara besar-besaran. Namun kini untuk menjaga jarak, pesta nikahan hanya dilakukan secara sederhana.
“Kini warga lebih memahami pentingnya 3 M. Memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Mereka menyadari bahayanya virus Covid19 yang sudah banyak menelan korban jiwa,” jelasnya. (Evi Suryati)