PEKANBARU (Riaulantang) – Sebanyak 20 ton garam sudah disemai dilangit Riau untuk melakukan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Namun saat ini TMC sudah dihentikan sejak 8 Mei 2023 lalu. Pemprov Riau masih menunggu kiriman garam lagi dari pemerintah pusat untuk TMC.
“TMC sudah kita lakukan, terakhir tanggal 8 mei lalu. Total sudah 20 sortie atau 20 ribu kilogram,” kata Kabid Kedaruratan, BPBD Riau, Jim Ghofur, Selasa (16/5/2023).
Pihaknya sudah mengajukan kembali untuk melakukan TMC di Riau. Namun hingga saat ini belum ada informasi kapan hujan buatan akan dilakukan kembali di Riau.
“Belum tau kapan akan dimulai lagi, kita masih menunggu operasi selanjutnya, karena yang melaksanakan TMC ini kan dari pusat, baik dari BNPB maupun dari KLHK,” kata Jim.
Saat ini tim terus melakukan pemantuan kondisi awan di Riau. Sebab untuk penyemaian garam di langit Riau harus ada awan yang potensial.
“Sedang dipantau tim, kalau ada awan yang potesial bisa langsung dilakukan TMC, rencananya TMC selanjutnya itu dari BRGM, tapi kita belum tau kapan dilaksanakan,”ujarnya.
Sementara Kepala BPBD Riau, M Edy Afrizal mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Sebab kondisi cuaca di Riau yang cukup panas dan kering.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak sembagan membuang puntung rokok yang masih menyala bara apinya. Apalagi saat berada di kebun, tanah kosong atau di hutan.
“Yang hobi mancing ikan juga, kan biasa ada yang buat api untuk bakar-bakar ikan atau api unggun, itu juga harus hati-hati. Pastikan apinya dipadamkan sampai padam semua baru ditinggalkan pulang, jangan ditinggal begitu saja, itu bisa juga berpotensi terjadinya kebakaran lahan,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar segera melaporkan kepada petugas dan aparat setempat yang terdekat jika di daerahnya ditemukan ada kebakaran hutan dan lahan. Tujuannya supaya api bisa segera ditangani dan dipadamkan dengan segera. Sebab jika sudah meluas, api akan sulit dipadamkan.
“Karena pada prinsipnya, yang menjaga kampung kita itu adalah kita sendiri,” ujarnya.
Berdasarkan data dari BPBD Riau, sejak Januari sampai Mei 2023 ini, total sudah sekitar 400,56 hektare lahan di Riau yang terbakar. Dari total luasan lahan yang terbakar tersebut, Kabupaten Bengkalis menjadi daerah paling banyak terbakar, yakni dengan total 173,34 hektare.
Disusul Kota Dumai dengan luas 97,17 hektare dan Kabupaten Indragiri Hilir dengan 42,50 hektare. Kemudian Kabupaten Pelalawan dengan 31,18 hektare, Kabupaten Rohil 23 hektare, dan Siak 12 hektare.
Sementara, untuk daerah dengan kasus Karhutla dibawah 10 hektare adalah Kota Pekanbaru dengan 9,05 hektare, Kabupaten Meranti 8,50 hektare, Kampar 2,78 hektare, dan Inhu 0,65 hektar. Sementara, untuk daerah yang masin zero fire spot adalah Kuansing. (Fik)