DURI (Riaulantang) – Sudah acap kali pemuka yang satu ini mengaku risau melihat praktek maksiat terus berlangsung di kecamatan Mandau ini. Sejumlah tempat di kota ini, menurutnya terindikasi sebagai tempat berseminya praktek maksiat. Baik itu tempat hiburan dengan label karaoke keluarga maupun tempat hiburan berbungkus bola ketangkasan dan lainnya.
“Saya risau melihat praktek maksiat terus saja berlangsung di Kota Duri hingga hari ini. Prakteknya mungkin karaoke keluarga atau olahraga, ataupun gelper, tapi di dalamnya maksiat. Investigasilah ke sana kalau tak percaya. Tak rahasia lagi, itu sudah jadi rahasia umum,” kata H Selamat Simamora di sebuah kedai kopi di bilangan Jalan Hang Tuah, Duri, Senin (30/9/2019).
Kenapa anggota Dewan Syuro FPI Riau ini demikian risau, sementara yang lain masih tenang-tenang saja?
“Saya jelas sangat resah dan takut. Jangan-jangan karena maksiat yang dibiarkan itu, Allah akan menggulung, akan memblender negeri ini suatu saat nanti. Tengoklah bala yang menimpa Palu beberapa waktu lalu. Bumi bukan sekadar bergoyang saja. Malah ada yang berpindah, mengalir. Ada yang menjadi lumpur. Ternyata menurut info yang saya terima, praktek maksiat di Palu itu sudah seperti Las Vegas kedua,” kata Simamora.
Lalu di daerah ini, menurut dia, praktek maksiat itu jangan dianggap sebagai isapan jempol belaka. Jangan dianggap angin lalu saja. Karena itu, dia berharap sangat kepada pemerintah daerah untuk menertibkan praktek-praktek maksiat terselubung itu.
“Harapan dan permintaan kita, tempat itu bisa ditutup pemerintah daerah,”pintanya.
Bisakah begitu? “Kenapa tidak. Bukankah hanya dengan selembar surat imbauan, selama sepuluh hari tempat hiburan itu bisa tutup karena ada kegiatan MTQ tingkat Kabupaten Bengkalis di Duri. Tempat hiburan patuh. Mereka mau tutup kegiatan. Sayangnya, sehabis MTQ, tempat-tempat itu buka praktek lagi. Maunya kita tempat hiburan itu ditutup permanen, tak hanya saat pelaksanaan MTQ saja,” imbuhnya.
Simamora pun menampik pernyataan atau anggapan yang mengatakan masyarakat tidak merasa resah dengan keberadaan tempat-tempat hiburan itu.
“Bagi saya, itu jelas-jelas meresahkan masyarakat. Yang tak resah adalah yang selalu pergi ke situ,” tangkis dia.(syukri)