DURI (Riaulantang)- Ada kesibukan baru di rumah dinas pribadi Bupati Bengkalis, Kasmarni, S.Sos, MMP di desa Muara Basung, Kecamatan Pinggir, Jumat pagi (13/08/2021). Layar lebar ukuran 2×3 dipasang di ruang tamu lengkap dengan proyektor, audio, kamera dan pernak perniknya. Bupati Kasmarni duduk serius menghadap kearah layar. Pagi ini, Bupati Kasmarni diberi kesempatan menjadi pemateri Kuliah Umum “Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB)
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau (Fisipol Unri) tahun 2021 melalui Video Conference (Vidcon)
Diawali pengenal kampus oleh Dekan Fisip, Dr Syafri Harto Msi, kuliah umum itu pun di mulai. Bupati Kasmarni terlihat serius mengikuti Vidcon bersama ratusan mahasiswa baru Fisipol Unri. Materi “Menjadi Generasi Muda Yang Mandiri di Era Pandemi” merupakan bahasan yang disampaikan dalam program Alumni Menyapa. Ya, Bupati Kasmarni merupakan Alumni Fisipol Unri tahun 1993.
Dekan Fisipol, Dr Syafri Harto di Vidcon itu mengaku bangga dengan Bupati Kasmarni yang disela kesibukan, meluangkan waktu memberikan materi kuliah umum dalam tajuk “Alumni Menyapa”. Menurutnya Kasmarni adalah figur yang berhasil dan menjadi satu-satunya bupati perempuan dari Fisip Unri.

“Ibuk Kasmarni satu-satunya Alumni Fisip yang berhasil menjadi bupati dari alumni perempuan. Beliau dulu juga aktifis di kampus kita,” ujarnya memberi penjelasan ke mahasiswa.
Selanjutnya Dekan memberi kesempatan kepada Bupati Kasmarni untuk memberikan kuliah umumnya. Lebih atraktifnya, moderator Giovani Meivanda dihadirkan mengakomodir pertanyaan para mahasiswa dan audiens yang menonton perkulihan itu secara langsung melalui kanal youtube.
Mendapat kesempatan memberi kuliah perdana ini, Bupati Kasmarni menyampaikan rasa rindu hadir di kampus yang banyak memberi warna dalam hidupnya. Namun situasi Pandemi, membuat rasa rindu ingin menyapa ini harus tertahan sementara.
“Ada rasa rindu dengan setiap sudut kampus. Juga ada tanggungjawab moral, berbagi cerita dengan adik-adik kami. Tapi apalah daya, Pandemi masih belum reda. Kita terpaksa bersilaturahmi di dunia maya. Mudah-mudahan di momen lain, kita dapat bersilaturahmi secara langsung,” ujarnya menyapa..

Setelah itu Kasmarni pun menyampaikan materi perkuliahannya. Tapi sebelum paparannya, Kasmarni menyampaikan
permohonan maaf karena dia bukan dosen dan bukan pula pakar yang mungkin penyampaian tak sehebat ekspektasi yang dibayangkan.
Materi “Generasi Muda Yang Mandiri di Era Pandemi disampaikan dengan lugas. Bahasan definisi generasi muda. Lalu pengelompokkan generasi dari baby boomer, generasi X, Generasi Y dan generasi Z yang lahir antara 1997-2021 pun disampaikan. Termasuk tantangan generasi sekarang yang dihadapkan dengan era digital, kualitas daya saing, degradasi kearifan lokal, Pandemi Covid19, serbuan tenaga kerja asing dan lainnya.
“Berikan perhatian khusus pada pengembangan potensi diri. Jadilah pribadi yang rendah hati, luwes dan cekatan. Jangan cepat berpuas diri dengan ilmu yang didapat. Yang paling penting hormati orang tua. Jangan kecewakan mereka, yang bertungkus lumus, bermandi keringat dan air mata menyekolahkan kita. Luruskan niat, ikhlas berbuat,” pesan Ibu 4 anak ini.
Nostalgia Diusir Kuliah

Disesi tanya jawab, Kasmarni ditanya nostalgia saat-saat mengikuti perkuliahan dulu. Senyum Kasmarni pun mengembang. Dia tak akan lupa ketika diusir dosen saat mengikuti perkuliahan lantaran masih bercerita dengan karibnya Restu.
“Pernah diusir dari kelas. Dosen lagi menerangkan, kami masih cerita dan ketawa. Akhirnya kami diusir,” kenangnya.
Kasmarni pun menyampaikan kenangan duduk dikantin kampus, membicarakan hal-hal ringan dan santai yang justru makin menambah wawasan dan cara pandang. Dia juga kerab berpindah lokal kuliah untuk bergabung dengan mahasiswa lain dari jurusan berbeda. Tak lupa dia menyampai sejumlah nama dosen-dosen yang masih ingat di memorinya.
“Dosen di Fisip baik-baik, tak ada yang killer. Terimakasih yang besar saya sampaikan kepada dosen-dosen yang menjadi motivasi untuk saja jadi bupati,” ujarnya.
Tak Ada Niat Jadi Bupati

Menjawab pertanyaan mengenai jabatan yang diembannya, Kasmarni menyampaikan bahwa dari awal dia tak pernah membayangkan jadi bupati.
“Tak pernah terbayangkan jadi bupati. Tak ada niat dan cita-cita jadi bupati. Tapi kita tak tahu, jika jodoh, maut dan nasib Allah yang menentukan. Saya hanya menjalani apa yang Allah tetapkan,” ujarnya.
Disampaikan konsekwensi menjadi bupati perempuan harus dilewatinya. Selain menjadi istri dan ibu 4 anak, dia juga seorang kepala daerah. Dia tidak hanya milik keluarga tapi juga masyarakat Kabupaten Bengkalis secara keseluruhan.
“Saya ingin memotivasi wanita-wanita hebat di Riau.
Kalau punya niat yang tulus, seberat apapun pekerjaan yang diamanahkan, inshaalah bisa kita lalui. Perempuan itu hebat dan kuat,” ujarnya. (susi)